Sabtu, 12 Mei 2012

misteri gunung salak dan pesawat sukhoi

Gunung Salak Angker...Demikian banyak orang yang bilang. Bahkan Paranormal dan produser film Ki Kusumo juga mengiyakan perihal keangkeran Gunung Salak. Kisah mistis Gunung Salak tak lagi asing bagi warga yang bermukim di kawasan Bogor. Bahkan, tak lagi aneh jika adanya peristiwa pendaki yang tersasar ataupun menghilang.

Penyebab hilangnya pesawat Sukhoi Superjet100 secara tiba-tiba pada Rabu (9/5) kemarin, masih misterius. Meski banyak orang percaya kerusakan mesin menjadi penyebab hilangnya Sukhoi, namun faktor mistis Gunung Salak juga perlu diperhitungkan.

"Indonesia punya areal yang memang punya daya magnetik yang besar. Kalau penduduk sekitar (Gunung Salak) bilangnya angker, kita harus percaya itu. Banyak banget orang atau kendaraan yang hilang. Dan bukan sekali saja," kata Ki Kusumo. Dia juga yakin ada hal mistis di tempat jatuhnya pesawat.

Beberapa orang percaya kalau hilangnya pesawat sukhoi di area gunung salak berada di kawasan istana makhluk astral, tak lupa kecelakaan pesawat Cassa TNI AU yang menewaskan 18 orang dan pesawat latih Doner juga menewaskan 3 orang terjadi di lokasi ini dan kawah ratu yang berada di gunung salak ini merupakan tempat peraduan terakhir Prabu Siliwangi "percaya ga percaya". Gunung salak ini khususnya kawah ratu dipercaya oleh sebagian orang sebagai istana mahluk astral.

Dalam masyarakat Jawa Barat mempercayai adanya beberapa titik lokasi tertentu yang mengandung pusat energi gaib, dan dapat memberikan respon pengaruh positive atau negative yang melintasi di pusat energi tersebut. Seperti halnya kondisi Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat, dimana banyak terdapat tempat di keramatkan yang dihormati oleh masyarakat. Beberapa pantangan diberlakukan bagi yang melintas didaerah tersebut. 'Kuncen' atau juru kunci Gunung Salak H Rantam atau yang disebut Mbah Rantam juga ikut dilibatkan dalam pencarian tersebut.

Meski Gunung Salak tidak setinggi Gunung Gede dan Gunung Pangrango yang berada di dekatnya, gunung setinggi 2.221 m di atas permukaan laut (dpl) itu terkenal dengan tingkat kesulitannya untuk pendakian. Tapi, gunung berapi yang memiliki beberapa puncak–– di antaranya Puncak Salak I (2.211 m dpl) dan Salak II (2.180 m dpl), dan Puncak Sumbul (1.926 m dpl)––berdasarkan kepercayaan masyarakat sekitar menyimpan sejumlah mitos yang mengakar kuat.

Apalagi, bagi masyarakat Sunda wiwitan kawasan Gunung Salak dinilai suci karena dianggap sebagai tempat terakhir Prabu Siliwangi, pendiri kerajaan Padjajaran yang dikenal dengan gelar Sri Baduga Maharaja.Karena itu, tidak jarang para “peziarah” sering mengunjungi Gunung Salak. Tujuannya untuk meminta berkah. Malah, di kawasan ini juga dikenal adanya ritual perkawinan manusia dengan jin.

Tak aneh jika di Gunung Salak dijumpai berbagai situs pemujaan atau tempat keramat. Mulai dari patung pemujaan hingga makam keramat Embah Gunung Salak yang dipercaya masyarakat setempat. Pada 2005, Pura Parahyangan Agung Jagatkarta Tamansari Gunung Salak yang dinilai sebagai pura terbesar di Pulau Jawa berdiri di Desa Taman Sari. Pendirian pura ini karena diyakini kerajaan Hindu di tanah Sunda, Padjadjaran, pernah berdiri di sini dengan ibu kota Pakuan.

Karena itu, kawasan sekitar Gunung Salak dianggap suci bagi kalangan masyarakat Sunda wiwitan. Kepercayaan lain yang juga kuat mengakar di masyarakat sekitar Gunung Salak ialah tempat ini dipercaya menjadi lokasi penyimpanan harta karun peninggalan Belanda. Harta itu berupa emas murni yang dimasukkan di dalam peti yang dikubur di empat titik terpisah di area Gunung Salak. Gunung Salak juga dikenal sebagai tempat yang menyimpan banyak “jebakan”di areal punggung.

Di Kawah Ratu misalnya, terdapat gas alam beracun belerang aktif yang menyembur dari seluruh celah tanah. Di samping itu, cuaca di sekitar Gunung Salak sangat sulit ditebak. Kawasan Gunung Salak selalu diselimuti kabut. Tapi, hanya dalam hitungan beberapa menit kabut bisa lindap.Tidak jarang,hujan tibatiba turun meski cuaca cerah. Belum lagi keberadaan jurang berbentuk V atau dikenal dengan sebutan amphitheatre.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar